Gegar Otak Ringan Tingkatkan Risiko Terkena Parkinson

Kamis, 18 Oktober 2018 - 14:30 WIB
Gegar Otak Ringan Tingkatkan...
Gegar Otak Ringan Tingkatkan Risiko Terkena Parkinson
A A A
JAKARTA - Penelitian terbaru menunjukkan bahwa gegar otak ringan dapat meningkatkan risiko penyakit parkinson sebesar 56%. Temuan ini berdasarkan penelitian lebih dari 300.000 orang. Kendati demikian, tidak semua orang yang pernah mengalami gegar otak memiliki risiko gangguan neurologis degeneratif yang mempengaruhi koordinasi gerakan.

"Lebih dari 40% orang dewasa mengalami cedera otak traumatis (gegar otak), jadi temuan ini pasti mengkhawatirkan," kata Raquel Gardner, asisten profesor di University of California, San Francisco di AS seperti dilansir dari Zeenews.

Peneliti mencatat bahwa risiko parkinson seumur hidup terjadi sekitar 1—2% sehingga peningkatan yang lebih besar dari 50% pada risiko tersebut terdengar tidak begitu mengkhawatirkan. Temuan ini membenarkan beberapa kasus para atlet profesional yang mengalami parkinson akibat dari karier mereka. Yang paling terkenal adalah petinju Muhammad Ali.

"Kita tidak akan pernah tahu pasti, tapi itu benar-benar sebuah kemungkinan. Banyak yang menduga bahwa cedera kepalanya berkontribusi pada penyakit Parkinson, tetapi tidak mungkin untuk mengatakan dengan pasti," kata Gardner.

Penelitian ini mengidentifikasi lebih dari 325.000 veteran berusia 31 hingga 65 tahun selama 12 tahun. Di mana separuhnya pernah mengalami cedera otak traumatis (TBI) di beberapa titik, TBI ringan, sedang atau berat. Setengah lainnya dari responden tidak pernah memiliki TBI. Sebagian luka-luka responden disebabkan pertempuran, beberapa dari kecelakaan jatuh atau kendaraan bermotor.

Tidak satu pun dari responden memiliki diagnosis parkinson saat penelitian dimulai. Selama penelitian, hampir 1.500 responden didiagnosis dengan penyakit parkinson. Dari jumlah tersebut, sebesar 949 responden sebelumnya memiliki cedera otak traumatis. Risiko keseluruhan untuk mengembangkan parkinson dalam kelompok ini sedikit lebih dari setengah persen untuk responden yang mengalami cedera otak traumatis.

Sedangkan responden yang tidak mengalami cedera otak, risiko parkinson hanya di bawah sepertiga dari 1%. Saat peneliti membandingkan, responden yang mengalami cedera otak dengan responden yang tidak dan melibatkan beberapa data seperti usia, jenis kelamin, ras, pendidikan dan kondisi kesehatan lainnya, risiko keseluruhan penyakit parkinson ditemukan 71% lebih tinggi untuk mereka yang memiliki tipe TBI.

Sementara, risiko responden dengan gegar otak ringan ditemukan 56% lebih tinggi dan bagi mereka dengan TBI sedang sampai berat memiliki risiko 83% lebih besar.
(alv)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1361 seconds (0.1#10.140)